LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM BIOKIMIA
OLEH
MADE AGUSTINA DWI RAHAYU
ACC 108 038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2011
I.
1. Melakukan test kelarutan lipid dalam berbagai macam pelarut 2. Mengetahui sifat lemak dan reaksi penyabunan |
II. TUJUAN PERCOBAAN :
III. DASAR TEORI
Lipid meliputi bermacam – macam senyawa dengan rumus struktur, kerana itu sangat sukar mendefinikannya. Persamaan sifat dari kelompok itu adalah sukar larut dalam air tetapi mudah diekstraksi dengann pelarut non polar atau pelarut organik, seperti hidrokarbon, karbon tetraklorida, dan lain – lain. Asam – asam lemak yang merupakan bahan penyusun lemak dapat dilihat pada tabel berikut :
Rumus | Nama Trivial | Nama IUPAC |
C11H23COOH C13H27COOH C15H31COOH C17H35COOH C17H33COOH C17H31COOH C17H29COOH | Asam Laurat Asam Miristat Asam Palmitat Asam Stearat Asam Oleat Asam Linoleat Asam Linolenat | Asam Dodekanoat Asam Tetradekanoat Asam Heksadekanoat Asam Oktadekanoat Asam 9-oktadekanoat Asam 9,12-oktadekanoat Asam9,12,15-oktadekanoat |
Berdasarkan fungsi dan strukturnya lipid dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Trigliserida (asam lemak)
Berfungsi sebaai sumber energi yang tersusun atas ester gliserol dari asam lemak (asam karboksilat suku tinggi). Trigliserida disebut juga lemak yang terdiri atas 2 jenis yaitu :
a. Lemak yang tersusun atas asam lemak yang jenuh yang berbentuk padat
b. Minyak yang tersusun atas asam lemak tak jenuh yang berbentuk cair
Reaksi antara lemak dan basa akan menghasilkan gliserol dan sabun yang dikenal dengan reaksi penyabunan.
2. Fosfolipid
Merupakan komponen utama pembentuk membran sel dan merupakan senyawa yang polar. Fosfolipid merupakan ester dari gliserol yang mengandung ester asam posfat dengan rumus umum
Membran sel yang tersusun atas fosfolipid merupakan senyawa polar dimana bagian luar adalah hidrofil sedangkan bagian dalam adalah hidrofob.
3. Steroid
Merupakan lipid yang berperan dalam proses – proses bilogis dalam organisme hidup. Misalnya kolesterol, asam – asam empedu, testosteron dan lain – lain.
Steroid tidak mengandung komponen asam lemak ataupun gliserol dan tidak dapat mengalami penyabunan.
IV. ALAT DAN BAHAN
ALAT | BAHAN |
Rak tabung reaksi Tabung reaksi Penangas Gelas kimia Labu erlenmeyer Penjepit Batang pengaduk Pipet tetes Neraca analitik | Larutan sabun colek Larutan sabun bubuk Larutan handsoap Minyak goreng Oli Larutan NaOH Larutan Na2S2O3 Larutan H2SO4 Larutan NaCl Aseton Kloroform Alkohol Indikator PP aquades |
V. PROSEDUR PENELITIAN
A. Uji kelarutan
1. Mengisi masing – masing tabung reaksi dengan bahan yang hendak di uji (aquades,larutan H2SO4,alkohol,kloroform,aseton,larutan Na2S2O3)
2. Menambahkan 4 tetes minyak pada masing – masing tabung tersebut
3. Mengocoknya
4. Mengamati kelarutan minyak yang terjadi
5. Mencatat hasil pengamatan
B. Penyabunan
1. Menyiapkan tabung reaksi kemudian menambahkan pada masing – masing tabung tersebut 1 mL minyak,oli, dan sabun
2. Menambahkan larutan NaOH sebanyak 4 mL pada semua tabung reaksi
3. Memanaskannya selama 15 menit kemudian menambahkannya lagi dengan 2 mL larutan NaCl
4. Mendinginkannya sampai terbentuk gumpalan dan memisahkan endapannya
5. Memasukkan endapan ditambah air kedalam tabung reaksi, mengocoknya dan mengamati perubahan yang terjadi
6. Mencatat hasil pengamatan
C. Pembentukan emulsi
1. Menyiapkan 2 tabung reaksi kemudian menambahkan pada masing – masing tabung tersebut 1 mL air dan 5 mL larutan sabun
2. Menambahkan pada masing – masing tabung beberapa 5 tetes minyak
3. Mengocoknya dan mengamati reaksi yang terjadi
4. Mencatat hasil pengamatan
D. Hidrolisis sabun
1. Memasukkan ke dalam tabung reaksi masing – masing 1 mL air sabun pekat dan air sabun encer kemudian menambahakan 5 tetes indikator PP
2. Menambahkan air sampai larutan tidak berwarna
3. Membandingkan jumlah air yang digunakan
4. Mencatat hasil pengamatan
VI. HASIL PENGAMATAN
a. Uji kelarutan
No. | Perlakuan | Pengamatan | ||||
1. 2 3. | Mengisi masing – masing tabung dengan aquades, larutan H2SO4, alkohol, kloroform, aseton, larutan Na2S2O3 Menambahkan 4 tetes minyak pada masing – masing tabung Mengocoknya |
|
b. Penyabunan
No. | Perlakuan | Pengamatan |
1. 2. 3. 4. 5. | Menambahkan 1 mL minyak, oli, dan sabun pada tabung reaksi berbeda Menambahkan 4 mL NaOH pada masing – masing tabung Memanaskan selama 5 menit dan menambahkan larutan NaCl Mendinginkannya sampai terbentuk gumpalan dan memisahkan endapan Memasukkan endapan ditambah air ke dalam tabung reaksi dan mengocoknya | - Oli berwarna biru pekat, setelah ditambahkan NaOH, terbentuk 2 lapisan · Lapisan atas = biru · Lapisan bawah = bening Setelah dipanaskan dan ditambah NaCl terdapat gumpalan biru diatas permukaan. Gumpalan tersebut ditambah air dan dikocok, yang terjadi hanya oli terpisah dengan air. - Minyak berwarna kuning bening ditambah NaOH, terbentuk 2 lapisan · Lapisan atas = kuning bening · Lapisan bawah = bening Setelah dipanaskan dan ditambah NaCl terdapat gumpalandi atas permukaan. Gumpalan tersebut ditambah air dan dikocok. Terjadi busa – busa saat gumpalan dan air dikocok. - Sabun berwarna putih keruh, setelah ditambah NaOH, larutan tersebut bercampur. Setelah dipanaskan dan ditambah NaCl tidak terdapat gumpalan. |
c. Pembentukan emulsi
No. | Perlakuan | Pengamatan |
1. 2. 3. | Memasukkan 1 mL dan 5 mL larutan sabun pada tabun yang berlainan Menambahkan pada masing – masing tabung 5 tetes minyak Mengocok dan mengamati perubahan yang terjadi | Pada 1 mL air, yang ditetesi 5 tetes minyak, setelah dikocok masih terdapat minyak. Sedangkan pada larutan sabun yang ditetesi 5 tetes minyak, setelah dikocok minyaknya terlarut dalam larutan sabun (minyak hilan/tidak tampak) dan terdapat busa – busa sabun. |
d. Hidrolisis sabun
No. | Perlakuan | Pengamatan | ||||||||
1. 2. 3. | Memasukkan ke dalam tabung reaksi masing – masing 1 mL air sabun pekat dan air sabun encer kemudian menambahkan 5 tetes idikator PP. Menambahkan air sampai larutan tidak berwarna Membandingkan jumlah air yang digunakan |
|
VII. PEMBAHASAN
a. Uji kelarutan
1. Kelarutan minyak dalam aquades
Minyak tidak larut dalam air, karena minyak tersusun atas asam lemak jenuh yang tidak dapat larut dalam pelarut polar, contohnya air. Minyak berada di atas permukaan air, karena berat jenis minyak lebih ringan dari berat jenis air.
2. Kelarutan minyak dalam H2SO4
Minyak juga tidak larut dalam asam sulfat, dan juga terdapat diatas permukaan asam sulfat.
3. Kelarutan minyak dalam alkohol
Minyak juga tidak larut dalam alkohol, berada di bawah alkohol karena berat jenisnya lebih berat dibanding alkohol.
4. Kelarutan minyak dalam kloroform
Minyak tidak larut dalam kloroform, seharusnya minyak dapat larut dalam kloroform. Kloroform yang digunakan kemungkinan tidak baik, atau sudah kadaluarsa.
5. Kelarutan minyak dalam aseton
Minyak tidak larut dalam aseton
6. Kelarutan minyak dalam Na2S2O3
Minyak tidak larut dalam Na2S2O3
b. Penyabunan
1. Oli
Oli berwarna biru pekat, setelah ditambah NaOH, oli tidak bercampur dengan NaOH. Sehingga oli berada diatas larutan NaOH, karena berat jenisnya lebih ringan. Setelah dipanaskan dan ditambahkan NaCl, oli masih tidak bercampur dengan NaOH , tetap berada di bagian atas. Setelah gumpalan yang ada di atas (Oli) ditambah air dan dikocok, tidak terbentuk sabun, hal ini disebabkan karena pada oli tidak terkandung lemak, sehingga tidak terjadi reaksi dengan NaOH yan dapat menghasilkan sabun.
2. Minyak
Minyak berwarna kuning bening, setelah ditambah NaOH, minyak tidak bercampur dengan NaOH. Sehingga minyak berada diatas larutan NaOH, karena berat jenisnya lebih ringan. Setelah dipanaskan dan ditambahkan NaCl, minyak membentuk gumpalan. Setelah gumpalan yang ada di atas ditambah air dan dikocok, terbentuk busa sabun, hal ini disebabkan karena pada minyak terkandung lemak, sehingga terjadi reaksi dengan NaOH yan dapat menghasilkan sabun.
3. Sabun
Sabun berwarna putih keruh, setelah ditambah NaOH, minyak bercampur dengan NaOH. Setelah dipanaskan dan ditambahkan NaCl, tidak terbentuk gumpalan.
c. Pembentukan emulsi
Pada 1 mL air yang ditambahkan 5 tetes minyak dan dikocok, tidak terjadi apapun, minyak tetap terpisah dengan air hal ini dikarenakan karena lemak tidak dapat larut dalam air. Pada 5 mL larutan sabun yang ditambah 5 tetes minyak, minyak larut dalam sabun dan membentuk busa – busa sabun, hal ini disebabakan karena minyak dapat bereaksi dengan basa memebentuk gliserol dan sabun, sehingga terbentuk busa – busa sabun.
d. Hidrolisis sabun
1. Sabun bubuk
Pada sabun bubuk, dipisahkan menjadi 2 perlekuan, yaitu larutan sabun pekat dan cair. Pada larutan sabun bubuk yang pekat, warna larutan semula putih keruh, setelah ditambah indikator PP, menjadi pink, hal ini karena indikator akan berubah warna jika terkena basa. Setelah itu ditambahkan air, sampai warna larutan menjadi bening, volume yang dibutuhkan yaitu sebesar 120 mL. Sedangkan untuk larutan sabun encer yang diperlakukan sama hanya membutuhkan air sebanyak 80 mL, hal ini disebabkan karena pada larutan sabun pekat, lebih banyak basa yang harus dihidrolisis. Sehingga membutuhkan lebih banyak air.
VIII. KESIMPULAN
1. Lipid tidak larut dalam pelarut polar misalnya air, tetapi larut dalam pelarurt non polar misalnya kloroform.
2. Reaksi penyabunan terjadi karena terjadi reaksi antara lemak dengan basa yang menghasilkan gliserol dan sabun
IX. SARAN
X. DAFTAR PUSTAKA
Ciptadi.2011.Penuntun Praktikum Biokimia. Palangka Raya : Universitas Palangka Raya
Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid II. Jakarta : Erlangga
Poedjiadji, Anna. 1994.Dasar – Dasar Biokimia. Jakarta : UI
mantap ka, selesai neh laporan.
BalasHapus